Jumat, 10 Desember 2010

Riwayat Bodhisatva Meninggalkan Istana

A. Delapan anugerah yang diminta Pangeran Siddharta kepada Raja Suddhodana :
1.Anugerah supaya tidak menjadi tua
2.Anugerah supaya tidak sakit
3.Anugerah supaya tidak mati
4.Anugerah supaya ayah tetap bersamaku
5.Anugerah supaya semua wanita yang ada di istana bersama kerabat lain tetap hidup
6.Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang
7.Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan
semua nafsu keinginannya
8.Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran, usia tua dan mati

B. Sikap Raja Suddhodana setelah Panngeran Siddharta meminta delapan anugerah
Raja Suddhodana menjadi kaget dan kecewa. Raja menjawab bahwa hal-hal yang berada di atas berada diluar kemampuannya dan masih mencoba membujuknya dengan mengatakan “Anakku, usiaku sekarang sudah lanjut.Tunggu saja dan tangguhkan kepergianmu sampai aku sudah mangkat.”
“Ayah relakan kepergianku justru sewaktu ayah masih hidup. Aku berjanji bila sudah berhasil akan kembali ke Kapilavatthu untuk mempersembahkan obat yang telah ku temukan kehadapan ayah.”

C. Peristiwa kepergian Pangeran Siddharta di tengah malam
Pada tengah malam Pangeran terbangun dan memandang kesekelilingnya. Pangeran melihat gadis-gadis penari tergeletak tidur simpang siur yang tergeletak di lantai dalam sikap yang beraneka ragam, ada yang terlentang ada yang tengkurap, ada yang mengigau dan lain-lain. Pangeran merasa seperti dipekuburan dengan mayat-mayat yang bergelimpangan. Pemandangan ini membuat pangeran jijik dan muak, sehingga beliau mengambil keputusan untuk meninggalkan istana pada malam itu juga.
Pangeran memanggil Channa dan memerintahkan untuk menyiapkan Kanthaka, kuda kesayangannya. Pangeran kemudian pergi kekamar Yasodhara untuk melihat istri dan anaknya sebelum pergi untuk bertapa. Istrinya sedang tidur nyenyak dan memeluk bayinya. Tangannya menutup sang bayi sehingga muka bayi tidak dapat terlihat.
Setelah itu Pangeran meninggalkan istana dengan menunggang Kanthaka yang berbulu putih diikuti oleh Channa yang memegang buntut kuda. Seolah-olah sudah diatur terlebih dulu oleh para dewa, Pangeran Siddharta tidak mendapat kesukaran waktu hendak keluar dari pintu gerbang istana dan waktu hendak keluar dari pintu tembok kota.
Ketika itu Pangeran dicegat oleh dewa Mara yang jahat dan membujuknya untuk kembali ke istana dan ia berjanji bahwa dalam waktu satu minggu Pangeran akan menjadi raja negara Sakya. Pangeran tidak menggubris bujukan dewa Mara yang membuat dewa Mara menjadi marah dan mengancam akan terus membuntutinya.
Setelah sampai diluar kota Pangeran berhenti sejenak dan memutar kudanya untuk melihat kota Kapilavatthu untuk terakhir kali. (ditempat itu didirikan sebuah cetiya yangdinamakan Kanthakanivattana-cetiya). Saat itu terang bulan di bulan Asalha dan Pangeran berusia 29 tahun. Perjalanan diteruskan melintasi perbatasan negara Sakya, Koliya dan Malla dan kemudian dengan satu kali loncatan menyeberangi sungai Anoma.

D. Peristiwa yang terjadi di tepi sungai Anoma
Pangeran menghentikan kuda istananya di tepi sungai Anoma. Pangeran merenungkan arti dari nama sungai itu sebagai tanda pelepasannya. Beliau mengucap tekad: “semoga pelepasanku tidaksia-sia, namun bersifat luhur.” (Anoma berarti “tidak sia-sia”). Lalu Pangeran turun dari kuda, mencopot semua perhiasannya dan memberikannya kepada Channa, mencukur kumisnya, memotong rambut dikepalanya dengan pedang dan melemparkannya keudara (yang disambut oleh dewa Sakka dan membawanya ke sorga Tavatimsa untuk dipuja di Culamani-cetiya). Rambut yang tersisa sepanjang dua anguli (+ dua inci) semasa hidupnya sepanjang itu dan tidak tumbuh-tumbuh lagi.
Selanjutnya, Brahma Chatikara mempersembahkan kepada pangeran keperluan seorang bhikkhu yang terdiri dari delapan rupa barang, yaitu: jubah luar, jubah dalam, kain bawah, ikat pinggang, mangkuk makanan, pisau, jarum, dan saringan air, setelah menukar pakaiannya dengan jubah bhikkhu pangeran memerintahkan Channa untuk kembali ke istana, namun Channa hendak mengikuti Pangeran tetapi Pangeran menolak dan menyuruh Channa membawa pakaian dan perhiasan pulang dan memberikan kepada Raja Suddhodana.

Kembalinya Channa bersama Kanthaka (tanpa Pangeran) ke Kapilavatthu disambut oleh Raja dan seluruh penghuni istana dengan ratapan dantangisan. Channa menyerahkan perhiasan, pedang serta pakaian Pangeran kepada bagindaRaja dan menyampaikan salamperpisahan Pangerankepada ibunya dan Yasodhara beserta segenapkeluarga. Selanjutnya Channa memberitahukan bahwa Pangeran berada di tepi sungai Anoma di Negara Malla.

untuk melihat VIDEO RIWAYAT SINGKAT BUDDHA GOTAMA silahkan KLIK DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar