Sabtu, 15 Oktober 2011

PUJA

I. Pengertian dan Makna Puja
Puja adalah upacara pemujaan atau penghormatan kepada sesuatu atau benda yang dianggap suci maupun keramat. dalam Agama Buddha, kata Puja berbeda arti, makna, cakupan, serta penulisannya. Dalam agama Buddha ditulis Pūjā yang artinya menghormat. Kata Pūjā dapat ditemukan dalam “Mangala Sutta”: “Pūjā ca pūjanīyānam etammangalamuttamam” yang artinya : menghormat kepada yang layak dihormati merupakan berkah utama. yang patut dihormati adalah, Buddha, orang tua, guru, orang suci dan orang yang memiliki moral baik.
Puja sebagai penghormatan memungkinkan untuk dilakukan dengan berbagai cara dapat berupa persembahan dengan materi seperti dengan persembahan makanan, buah, dupa, bunga, dll, maupun perilaku seperti sopan santun, ramah tamah, rendah hati; secara fisik, seperti bersikap anjali, namaskara, maupun mental seperti praktik cinta kasih, kasih sayang serta memiliki pandangan benar.
Penghormatan yang diperkenankan oleh Buddha adalah penghormatan yang wajar serta didasari oleh pengertian yang benar, dan ditujukan kepada “sesuatu” yang memang layak untuk dihormati.
II. Jenis Puja
Ada 2 macam puja (penghormatan) dalam agama Buddha, yaitu :
  • Amisa Puja, artinya menghormat dengan materi atau benda, misalnya memuja dengan mempersembahkan bunga, lilin, cendana/dupa, dll.
Amisa Puja dilaksanakan bermula dari kebiasaan bhikkhu Ananda, yang setiap hari mengatur tempat tidur, membersihkan tempat tinggal, membakar dupa, menata bunga, dan lain-lain, mengatur penggiliran umat untuk menemui umat untuk menemui atau menyampaikan dana makanan.kepada Buddha.
  • Patipati Puja artinya menghormat dengan melaksanakan ajaran (Dhamma), mempraktekkan sila, samadhi, dan panna.
Kebaktian merupakan salah satu praktik Patipati puja. Patipati puja merupakan cara menghormat yang paling tinggi kepada Buddha, dengan melaksanakan ajaran Buddha berarti telah menghormati Buddha. seperti kisah Bhikkhu Atadata yang berusaha keras mencapai arahat sebelum Buddha Parinibbana
III. Sarana dan Prasarana Puja
Sikap batin dalam melaksanakan Puja: puja dapat dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, maka yang melaksanakan puja perlu mempersiapkan batinnya untuk dipusatkan kepada objek tertinggi yaitu Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha)
  1. Buddha dihormati sebagai objek tertinggi karena kata Buddha yang dimaksud adalah mencakup pengertian pencapaian penerangan sempurna. Buddha adalah penemu jalan kesucian, guru, dan penunjuk jalan ke kesucian.
  2. Dhamma dihormati sebagai objek tertinggi sebagai kebenaran mutlak yang telah ditemukan oleh Buddha. Dhamma adalah jalan kesucian itu sendiri.
  3. Sangha dihormati sebagai objek tertinggi karena Sangha merupakan pasamuan para makhluk suci (Ariya Puggala), mereka telah mencapai tujuan atau telah memasuki jalan untuk mencapai tujuan. Ariya Sangha adalah pengikut sejati dari ajaran itu.
Sikap fisik dalam melaksanakan Puja :
  • Anjali
Yaitu merangkapkan kedua belah tangan di depan dada, membentuk kuncup bunga teratai, baik dalam posisi berdiri, berjalan, maupun duduk bersimpuh/bersila.
  • Namaskara
Yaitu bersujud tiga kali dengan lima titik (lutut, ujung jari-jari kaki, dahi, siku, telapak tangan) menyentuh lantai, dengan disertai sikap anjali dan membaca parita Namaskara-Gatha.
  • Padakhina (pradaksina)
Dengan tangan beranjali beranjali mengelilingi objek pemujaan dengan searah jarum jam (dari kiri ke kanan) sebanyak tiga kali. dan pikiran terpusat pada TRIRATNA
TEMPAT MELAKSANAKAN PUJA  


1. Vihara 
adalah Tempat pelaksanaan Puja yang merupakan kompleks bangunan yang mempunyai sana lengkap, yang meliputi :
  • Uposathagara (Gedung Uposatha) : Uposathagara memiliki kegunaan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara pentahbisan Bhikkhu/Bhikkhuni, Samanera/Samaneri ; tempat mempersembahkan Jubah Kathina ; tempat membacakan Patimokkha ; Tempat membahas pelanggaran yang dilakukan Bhikkhu/bhikkhuni
  • Dhammasala, adalah tempat untukmendengarkan dhamma dan juga tempat untuk melaksanan puja bakti
  • Kuti, adalah tempat untuk bhikkhu/bhikkhuni berdiam/ tinggal
  • Perpustakaan, adalah tempat untuk menyimpan satu set Tripitaka
2. Cetiya
adalah bangunan yang lebih kecil daripada Vihara, yang biasanya hanya terdapat Bhaktisala, untuk melaksanakan kebaktian. ada beberapa macam cetya.
  • Dhamma Cetya, adalah cetya yang memiliki satu set Tripitaka lengkap
  • Dhatu Cetya, adalah cetya yang memiliki Relik Buddha
  • Paribhoga Cetya, adalah cetya yang memiliki barang-barang peninggalan Buddha
  • Uddesika Cetya, adalah cetya yang hanya memiliki gambar Buddha ataupun Rupang Buddh
3. Altar
Altar merupakan tempat meletakkan simbol-simbol/lambang-lambang kesucian agama Buddha, seperti :
- Patung Buddha melambangkan penghormatan kepada Sang Buddha
- Lilin melambangkan penerangan dhamma Sang Buddha.
- Dupa/hio yang melambangkan keharuman Dhamma Sang Buddha.
- Bunga, melambangkan anicca atau ketidakkekalan.
- Air, yang dianggap memiliki sifat-sifat seperti : dapat membersihkan noda-noda, dapat memberikan tenaga kepada makhluk-makhluk, dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan, selalu mencari tempat yang rendah (tidak sombong)
-Buah, melambangkan buah dari kamma-kamma kita, selain itu sebagai lambang dari rasa terima kasih.
4. Stupa
Bentuk stupa melambangkan pemikiran terpusat.
Merupakan tempat untuk menyimpan relik Buddha atau para arahat. 

5. Pagoda
Memliki fungsi yang sama dengan Stupa, yaitu untuk menyimpan relik orang suci, dan merupakan budaya dari Cina, bangunannya selalu ganjil dan ujungnya runcing.

12 komentar:

  1. Balasan
    1. Sumbernya dari Dukanipata, Anggutara Nikaya Sutta Pitaka.👍

      Hapus
  2. Sangat membantu...anumodana

    BalasHapus
  3. Sangat membantu, anumodana, Namobuddhaya

    BalasHapus
  4. 3 praktik amisa puja seorang anak kepada orang tua?

    BalasHapus
  5. Klo ceramah termasuk dalam amisa puja ato patipati puja??

    BalasHapus
  6. Kalau Ceramah Dhamma Masuk Dalam Dasa Paramita (sepuluh Faktor2 kebajikan)
    Berdana Dhamma, pahalanya paling tinggi di antara sama2 yang lain

    BalasHapus