Senin, 16 Maret 2020

FENOMENA ALAM KEHIDUPAN DAN HUKUM NIYAMA

1.     Fenomena Alam-Kehidupan dan “Dewa Pencipta”
Secara umum berbicara tentang asal mula fenomena alam dan kehidupan      di dunia secara sederhana selalu dikaitkan “Dewa Pencipta”. Dalam hal ini yang menciptakan itu umumnya dimengerti sebagai Tuhan. Hal tersebut berhubungan dengan paham agama dan orang-orang tertentu yang memandang bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta, Maha Kuasa, dan lain-lain.
Dalam agama Buddha kepercayaan terhadap dewa atau makhluk ‘adi kodrati’ entah itu diberi nama Tuhan atau apa pun namanya yang dihubungkan dengan asal mula suatu kejadian atau fenomena, yang mengatur dunia dan menentukan nasib manusia adalah sebuah ‘mitos’. Mitos adalah suatu kisah yang bukan realitas/ kenyataan sebenarnya, tetapi ia berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Mitos sering ditemukan sebagai penjelasan atas sebuah fenomena alam. Misalnya, pada zaman dahulu orang percaya bahwa gunung meletus itu karena dewa gunung sedang marah, tetapi sekarang kita mengetahui bahwa gunung meletus adalah peristiwa kimiawi yang terjadi secara alamiah.
Maha Pencipta dalam agama Buddha lebih dipandang sebagai Hukum Dharma (Dhamma Niyama). Terjadinya segala sesuatu di dunia ini termasuk terjadinya alam semesta ini didasarkan pada suatu hukum yaitu hukum sebab akibat dan kondisi yang saling menjadikan. Artinya, bahwa suatu peristiwa atau fenomena itu terjadi bukan karena suatu pribadi yang maha kuasa, tetapi terjadinya suatu peristiwa karena syarat-syaratnya atau hukumnya terpenuhi. Misalnya syarat- syarat terciptanya roti. Roti dapat terjadi bila ada sebab dan kondisinya. Syarat- syarat atau hukum terjadinya roti adalah harus ada terigu, telur, air, bahan pengembang, gula, api dan lain-lain. Tanpa adanya sebab akibat dan kondisi tersebut roti tidak akan dapat dibuat.
2.     Berbagai Fenomena Alam
Coba kalian amati dengan saksama tentang berbagai fenomena alam yang sering kalian jumpai dalam kehidupan. Proses pengamatan tersebut dapat melalui buku-buku, majalah, koran, internet, atau sumber lainnya yang bisa kalian jangkau. Kemudian kalian pertanyakan hal-hal itu dalam diri masing-masing. Setelah itu kalian komentari tentang fenomena alam tersebut. Adapun fenomena dimaksud antara lain tentang hal-hal sebagai berikut.
   a. Awan
   b.Cuaca
   c. Hujan
   d. Halilintar
   e. Gempa Bumi
   f.  Angin Topan
   g. Gunung meletus, dll. 


SEKALIPUN Dhamma mengajarkan bahwa Kamma adalah sebab utama dari berbagai macam keadaan di dunia ini, ini bukanlah satu fatalisme (menyerah kepada keadaan dan berputus asa) maupun nasib tertentu yang sudah digariskan untuk seseorang atau makhluk.
Hukum Kamma hanya merupakan satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini, dan masing-masing merupakan hukum sendiri.

Hukum-hukum dimaksud adalah :

1. UTU NIYAMA
Utu niyama adalah hukum universal tentang energi yang mengatur ternentuk dan hancurnya bumi,planet, tata surya, tempertur, cuaca, gempa, angin,ombak, panas matahari, bencana alam/ semua yang berhubungan dengan energi. beberapa sutta dalam tripitaka menyebutkan tentang alam semesta, kejadian bumi dan manusia serta kehancuran bumi. alam semesta disebutkan dalam Ananda Vagga (Anguttata Nikaya) juga dalam Mahaprajnaparamita Sutra. kejadian bumi dan manusia banyak disebutkan dalam Digha Nikaya (Aganna Sutta, Patika Sutta, Brahmajala Sutta) sedangkan kehancuran bumi banyak disebutkan dalam Anguttara Nikaya seperti dalam Sattakanipata
Hukum "physical inorganic" misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.
2. BIJA NIYAMA
Hukum tertib tumbuh-tumbuhan dari benih dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu dan sebagainya. selain itu Bija Niyama mengatur semua proses Pertumbuhan dan Perkembangan. pertumbuhan adalah proses bertambah besarnya organisme yang didalamnya terdapat proses pembakaran zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Perkembangan adalah proses reproduksi atau proses perbanyakan diri sebagai upaya mempertahankan kelangsungan generasinya, dengan membentuk spermatozoid dan ovum, penyerbukan, perkawinan dan peleburan untuk membentuk individu baru. reproduksi tergolong bija niyamadikarenakan terdapat proses genetika berupa pewarisan sifat-sifat keturunan. tumbuhan tidak memiliki citta maka tidak akan memiliki kamma.
3. KAMMA NIYAMA
Hukum alam mengenai sebab dan akibat perbuatan, kerja, usaha pada makhluk hidup kecuali tumbuhan, misalnya : perbuatan yang bermaksud bermanfaat (baik/membahagiakan) dan yang bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik maupun buruk. karma dilakukan melalui tiga saluran, yaitu: pikiran, perkataan dan badan jasmani berupa Kusala (baik) maupun Akusala (buruk). Tumbuhan tidak masuk dalam kamma niyama karena tumbuhan tidak memiliki pikiran, jadi tumbuhan tidak dapat mebuat kamma (perbuatan yang menjadi sebab)

4. CITTA NIYAMA
Hukum tertib jalannya alam pikiran atau hukum alam bathiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan bathin dan sebagainya.
Telepati, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala bathiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.

5. DHAMMA NIYAMA
Hukum tertib terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas yang tidak diatur oleh keempat hukum lainnya, misalnya : terjadinya keajaiban alam pada waktu seseorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha.
Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam sejenis lainnya, sebab-sebab dari keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini. 

Niyama dan Konsep Penciptaan


Dengan mempelajari dan memahami lima niyama ini, seseorang dapat sampai pada kesimpulan, “Tidak ada penguasa dunia ini, tidak ada ‘pencipta’ yang menciptakan alam semesta, melainkan hukum tertib kosmis yang berunsur lima. Semua adalah hasil dari sebab dan akibat yang muncul dan lenyap setiap saat. Tidak ada yang berdiam di dunia yang bersifat sementara ini, oleh sebab itu tidak ada ketenangan abadi yang dapat ditemukan, tetapi pada sisi lain, dapat ditemukan pada dunia yang selalu berubah ini di mana tidak ada kemenjadian (jati) melalui ketiadaan sebab. Untuk mencapai tempat tersebut di mana ketenangan abadi berada kita harus menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menghubungkan dunia ini menuju jalan keluar. Ketika kita mendekati Nibbanakita secepat mungkin menarik pijakan terakhir kita dari dunia ini, maka kita seketika naik menuju lokuttara-bhumikedamaian Nibbana.”
Terdapat dua jenis konsep penciptaan di dunia ini, yaitu issara-kutta dan brahma-kuttaKonsep penciptaan di mana orang-orang mempercayai adanya penguasa tertinggi seluruh alam semesta yang selamanya tinggal di surga dan menciptakan segalanya disebut issara-kutta atau issara-nimmana (diciptakan oleh issara/isvara atau ‘Tuhan’). Konsep di mana orang-orang mempercayai adanya brahma yang selamanya tinggal di surga yang menciptakan segalanya dan menguasai seluruh alam semesta disebut brahma-kutta. Di sini issara atau brahma hanya berbeda dalam istilah, namun keduanya menunjuk pada sosok penguasa dunia dan pencipta yang sama. Brahma merupakan nama yang dipakai oleh kaum brahmana dan telah menjadi gagasan umum yang diterima di alam manusia, dewa, dan brahma sejak awal dunia. Issara bukan gagasan yang umum, melainkan adopsi imaginatif yang dibuat oleh mereka yang gagal mendapatkan pengetahuan tentang asal mula dunia dan sebab pertama segala hal dalam kehidupan. Untuk menghilangkan pandangan salah ini, para komentator kitab suci Tipitaka memaparkan hukum tertib kosmis ini.
Mahabrahma dapat menyinari lebih dari ribuan sistem dunia dengan pancaran cahayanya yang cemerlang. Ia dapat melihat segala sesuatu dalam dunia-dunia tersebut, mendengarkan suara-suara, pergi ke tempat mana pun dan kembali sekehendak hatinya dalam seketika, dan membaca pikiran para manusia dan dewa. Berhubungan dengan kekuatan menciptakan dan mengubah sesuatu, mahabrahma dapat menciptakan atau mengubah tubuhnya sendiri atau objek eksternal apa pun menjadi berbagai bentuk. Namun ini hanya bagaikan pertunjukan sulap di mana ketika ia menarik kembali kekuatannya, semuanya akan lenyap.
Kenyataanya, ia tidak dapat menciptakan mahkluk hidup dan benda yang sesungguhnya, bahkan kutu atau  telurnya  sekalipun.  Dalam  menciptakan taman dan pepohonan dengan kekuatan batinnya, ia dapat menciptakan dan memperlihatkannya secara sementara, tidak substansial, tidak nyata, meniru dan menyerupai hal-hal yang diinginkan. Ia tidak dapat menciptakan sebuah pohon bahkan sehelai rumput sekalipun.
Hal ini disebabkan karena kemunculan suatu fenomena, kemunculan suatu makhluk hidup, atau pertumbuhan tanaman bukan dalam jangkauan kekuatan batin, tetapi dalam jangkauan hukum kosmis, seperti Dhamma-niyama, Kamma- niyama, dan Bija-niyama. Benda-benda yang diciptakannya hanya bertahan ketika iddhi (kekuatan batin) sedang berperan dan akan lenyap segera setelah iddhi ditarik. Terjadinya musim panas, hujan, dan dingin merupakan proses alamiah dari hukum cuaca dan bukan kendali kekuatan batin.
Mahabrahma dapat memindahkan ribuan manusia dalam  kehidupan  sekarang ke surga jika ia menginginkannya. Ia tidak dapat membuat mereka tidak  mengalami  usia tua dan kematian, bahkan ia tidak dapat menghalangi  dan menyelamatkan mereka dari kelahiran kembali di alam yang menderita. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur materi dan mental yang menyusun pribadi manusia berada dalam pengaruh hukum alam (Dhamma-niyama) dari kelahiran, usia tua, dan kematian. Ia tidak dapat membuat manusia atau makhluk mana pun terlahir kembali di surga setelah mereka meninggal karena lahirnya kehidupan baru di alam yang baru setelah kematian bukan dalam lingkungan kendali iddhi melainkan dalam kendali Kamma-niyama.
Di dunia ini orang yang membunuh dan memakan unggas dan selalu mabuk minuman keras pasti jatuh ke alam yang menderita setelah kematian walaupun setiap hari rajin berdoa dan mengunjungi tempat ibadah. Mahabrahma atau ‘Tuhan’ tidak dapat menyelamatkannya bagaimana pun, karena ini berada dalam jangkauan Kamma-niyama dan bukan jangkauan iddhi. Sebaliknya, siapa pun yang tidak mempercayai konsep issara-kutta dan brahma-kuttayang menyakini hukum kamma dan menjauhi perbuatan buruk dan selalu mengembangkan perbuatan baik, pasti naik ke alam yang bahagia setelah kematiannya. Mahabrahma tidak dapat mencegahnya datang ke surga, karena pengaruh iddhi tidak dapat menolak jalannya hukum moral. Mahabrahma tidak dapat mempertahankan dan menyelamatkan bahkan dirinya sendiri dari kejatuhan ke alam rendah.
Pada sisi lain, agama Buddha mengajarkan bahwa banyak siklus dunia telah terbentuk di masa lampau dan banyak lagi yang lain akan mengikuti siklus dunia yang sekarang secara bergantian. Ia juga mengajarkan bahwa dunia memiliki awal dan akhir serta terdapat sebab yang disebut hukum alam atas pembentukan dan kehancuran setiap dunia, dan hukum alam ini ada selamanya dan terus berjalan dalam ruang waktu yang tak terhingga. Oleh sebab itu, umat Buddha seharusnya tidak menganut pandangan salah tentang penciptaan baik issara-kutta ataupun brahma-kutta.