Minggu, 16 Oktober 2011

HUKUM KAMMA

Perbuatan yang dilakukan oleh jasmani, perkataan dan pikiran yang baik maupun yang jahat disebut Kamma. Keadaan yang menghasilkan perbuatan juga disebut Kamma.
Sang Buddha pernah bersabda :
kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang dinamakan Kamma.
"Sesuai dengan benih yang telah ditabur, Begitulah buah yang akan dipetiknya, Pembuat kebaikan akan mendapatkan kebaikan, Pembuat kejahatan akan mendapatkan kejahatan pula, Taburlah biji-biji benih, dan Engkau pula yang akan merasakan buah-buah dari padanya".
Sebagaimana telah diterangkan'di atas, perbuatan yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano) yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala) disebut Kamma, Jadi, Kamma itu dapat timbul dari tiga jalan, yaitu :
1. Kaya- Kamma (Perbuatan dari jasmani)
2. Vaci-Kamma (Perbuatan dari perkataan)
3. Mano-Kamma (Perbuatan dari pikiran)
Bila ketiga macam Kamma tersebut di atas dihubungkan dengan yang baik (kusala) dan yang jahat (akusala), maka Kamma tersebut menurut kedudukannya (pakatthanacatukka) digolongkan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Akusala-Kamma (Perbuatan jahat)

Akusala-Kamma terbagi 3 bagian, yaitu :
a. Akusala-Kaya-Kamma (Perbuatan jahat melalui jasmani) yang terdiri atas 3 macam :
1. Panatipata: Pembunuhan
2. Adinnadana: Pencurian
3. Kamesumicchacara: Perzinaan.
b. Akusala-Vaci-Kamma (Perbuatan jahat melalui perkataan) yang terdiri atas 4 macam:
1. Musavada: Berdusta
2. Pisunavaca: Berbicara memfitnah
3. Pharusavaca: Bicara kasar
4. Samphappalapa: Bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
c. Akusala-Mano-Kamma (Perbuatan jahat melalui pikiran) yang terdiri atas 3 macam :
1. Abhijjha: Napsu lobha.
2. Byapada: Dendam/kemauan jahat
3. Miccha-ditthi: Pandangan salah.
Kamavacarakusala-Kamma terbagi dalam 3 bagian, yaitu :
a. Kusala-Kaya-Kamma (Perbuatan baik melalui jasmani) yang terdiri atas 3 macam:
1. Panatipata veramani : Menahan diri dari pembunuhan.
2. Adinnadana veramani : Menahan diri dari pencurian.
3. Kamesumicchacara veramani Menahan diri dari perzinaan.
b. Kusala-Vaci-Kamma (Perbuatan balk melalui perkataan) yang terdiri atas 4 macam :
1. Musavada veramani : Menahan diri dari berdusta.
2. Pisunaya vacaya veramani : Menahan diri memfitnah.
3. Pharusaya vacaya veramani : Menahan diri dari bicara kasar.
4. Samphappalapa veramani : Menahan diri dari bicara hal-hal yang tidak perlu atau omong kosong.
c. Kusala-Mano-Kamma (Perbuatan baik melalui pikiran) yang terdiri atas 3 macam:
1. Anabhijjha: Tidak mempunyai napsu loba.
2. Abyapada: Tidak mempunyai kemauan jahat.
3. Samma-ditthi: Berpandangan benar.
4. Rupavacarakusala-Kamma (Perbuatan baik yang berkenaan dengan Rupa-Jhana)Y
5. Arupavacarakusala-Kamma (Perbuatan baik yang berkenaan dengan Arupa-Jhana)

Kamma menurut jangka waktu bekerjanya dapat dibagi dalam tiga (3) golongan besar

I. Pakakala-catukka (Menurut jangka waktunya).
1. DITTHA DHAMMA VEDANIYA KAMMA adalah Karma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini. Kamma ini terbagi 2 macam, yaitu :
a. Paripakka Dittha Dhammavedaniya Kamma adalah Karma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul.
b. Aparipakka Dittha Dhammavedaniya adalah Karma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari.
2. UPPAJJA VEDANIYA KAMMA adalah Karma yang memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang, yaitu dalam kehidupan kedua.
3. APARAPARAVEDANIYA KAMMA adalah Karma yang memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya berturut-turut, yaitu dalam kehidupan ketiga dan seterusnya.
4. AHOSI KAMMA adalah Karma yang tidak menimbulkan akibat, karena :
a. Jangka waktunya untuk memberikan hasil telah habis, atau
b. karma yang menghasilkan akibatnya telah habis, atau karma tersebut telah menghasilkan akibatnya secara penuh.
II. Kicca-catukka (Menurut sifat kerjanya)
  • JANAKA KAMMA adalah Karma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahir kembali suatu makhluk. Jika disingkatkan artinya disebut kamma melahirkan. Karma ini menimbulkan Nama-Khandha (Kelompok Bathin) dan Kammaja-Rupa (Materi/ Jasmani). Bila dibicarakan secara paramattha-sacca (kebenaran tertinggi) adalah Akusala-kamma 12, dan Lokiyakusala-kamma 17 (Kamavacarakusalakamma 8, Rupavacaraku-sala-kamma 5 dan Arupavacarakusala-kamma 4). Janaka-Kamma ini menjalankan tugas melahirkan makhluk-makhluk di 31 alam kehidupan.
  • UPATTHAMBHAKA KAMMA adalah Karma yang membantu mendorong terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul. Jika disingkatkan artinya disebut kamma membantu.
Kamma ini adalah membantu Janaka Kamma, yaitu :
a. Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
b. Membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
c. Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.
  • UPAPILAKA KAMMA adalah Karma yang menekan satu akibat dari satu sebab. Jika disingkat artinya disebut kamma menekan.
Kamma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :
a. Menekan Janaka Kamma yang mempunyai keadaan bertentangan.
b. Menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
Yang (a) di atas, yaitu "menekan Janaka Kamma yang mempunyai keadaan bertentangan" terbagi dalam dua macam, yaitu :
1. Menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
2. Menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil, supaya mempunyai kekuatan menurun dan tidak menimbulkan hasil sepenuhnya.
Maka itu, penekanan dari Upapilaka Kamma terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
b. Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
c. Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
  • UPAGHATAKA KAMMA adalah karma yang memotong kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi. Jika disingkatkan artinya disebut kamma memotong.
Kamma ini adalah memotong Janaka Kamma yang terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Memotong Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil untuk selamanya (KAMMANTARA-UPAGHATAKA).
2. Memotong Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma sampai rusak (KAMMANEBBATTAKHANDHASANTANAUPAGHATAKA).

III.Pakadanaparidya-catukka (Menurut sifat hasilnya)

Golongan Karma ini dapat dibagi dalam empat jenis :
  • GARUKA KAMMA adalah Karma berat, yang mampu mcnimbulkan hasil dalam kehidupankedua, yang karma lain tidak mampu untuk mencegahnya. Perbuatan jahat yang berat disebut Akusala Garuka Kamma. Akibatnya adalah tumimbal-Iahir di alam Apaya (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura).

  • ASANNA KAMMA adalah kusala-kamma (perbuatan baik) dan akusala-kamma (perbuatan jahat) yang dilakukan seseorang sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan bathin. Yang dimaksudkan Asanna-Kamma adalah Akusala. Kamma 12 (tidak termasuk Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma) dan Mahakusala-kamma 8.
  • ACINNA KAMMA adalah Karma kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan.
  1. Seseorang melakukap salah satu kejahatan. Walaupun hanya sekali saja, orang itu selalu memikirkan perbuatan jahatnya itu. Kemudian timbul kegelisahan dan ketakutan. Ini juga disebut Akusala Acinna Kamma.
  2. Seseorang melakukan salah satu kebaikan. Walaupun melakukan kebaikan hanya sekali saja, orang itu selalu ingat akan perbuatan baiknya itu, dan kemudian timbul rasa kesenangan, kegembiraan dan kebahagiaan atas perbuatan baiknya itu. Ini juga disebut Kasala Acinna Kamma.
  • KATATTA KAMMA adalah Karma yang tidak begitu berat dirasakan akibatnya.
Karma ini yang paling lemah di antara semua karma.
Jadi, perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala-kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum mencapai Garuka Kamma, Asanna Kamma dan Acinna Kamma, yang si pembuatnya tidak melakukan dengan cetana atau kehendak yang sepenuhnya. Ini disebut Katatta Kamma. Katatta Kamma ini adalah karma yang tidak begitu berat (paling lemah) jika dibandingkan dengan Garuka Kamma, Asanna Kamma dan Acinna Kamma.

Sabtu, 15 Oktober 2011

PUJA

I. Pengertian dan Makna Puja
Puja adalah upacara pemujaan atau penghormatan kepada sesuatu atau benda yang dianggap suci maupun keramat. dalam Agama Buddha, kata Puja berbeda arti, makna, cakupan, serta penulisannya. Dalam agama Buddha ditulis Pūjā yang artinya menghormat. Kata Pūjā dapat ditemukan dalam “Mangala Sutta”: “Pūjā ca pūjanīyānam etammangalamuttamam” yang artinya : menghormat kepada yang layak dihormati merupakan berkah utama. yang patut dihormati adalah, Buddha, orang tua, guru, orang suci dan orang yang memiliki moral baik.
Puja sebagai penghormatan memungkinkan untuk dilakukan dengan berbagai cara dapat berupa persembahan dengan materi seperti dengan persembahan makanan, buah, dupa, bunga, dll, maupun perilaku seperti sopan santun, ramah tamah, rendah hati; secara fisik, seperti bersikap anjali, namaskara, maupun mental seperti praktik cinta kasih, kasih sayang serta memiliki pandangan benar.
Penghormatan yang diperkenankan oleh Buddha adalah penghormatan yang wajar serta didasari oleh pengertian yang benar, dan ditujukan kepada “sesuatu” yang memang layak untuk dihormati.
II. Jenis Puja
Ada 2 macam puja (penghormatan) dalam agama Buddha, yaitu :
  • Amisa Puja, artinya menghormat dengan materi atau benda, misalnya memuja dengan mempersembahkan bunga, lilin, cendana/dupa, dll.
Amisa Puja dilaksanakan bermula dari kebiasaan bhikkhu Ananda, yang setiap hari mengatur tempat tidur, membersihkan tempat tinggal, membakar dupa, menata bunga, dan lain-lain, mengatur penggiliran umat untuk menemui umat untuk menemui atau menyampaikan dana makanan.kepada Buddha.
  • Patipati Puja artinya menghormat dengan melaksanakan ajaran (Dhamma), mempraktekkan sila, samadhi, dan panna.
Kebaktian merupakan salah satu praktik Patipati puja. Patipati puja merupakan cara menghormat yang paling tinggi kepada Buddha, dengan melaksanakan ajaran Buddha berarti telah menghormati Buddha. seperti kisah Bhikkhu Atadata yang berusaha keras mencapai arahat sebelum Buddha Parinibbana
III. Sarana dan Prasarana Puja
Sikap batin dalam melaksanakan Puja: puja dapat dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, maka yang melaksanakan puja perlu mempersiapkan batinnya untuk dipusatkan kepada objek tertinggi yaitu Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha)
  1. Buddha dihormati sebagai objek tertinggi karena kata Buddha yang dimaksud adalah mencakup pengertian pencapaian penerangan sempurna. Buddha adalah penemu jalan kesucian, guru, dan penunjuk jalan ke kesucian.
  2. Dhamma dihormati sebagai objek tertinggi sebagai kebenaran mutlak yang telah ditemukan oleh Buddha. Dhamma adalah jalan kesucian itu sendiri.
  3. Sangha dihormati sebagai objek tertinggi karena Sangha merupakan pasamuan para makhluk suci (Ariya Puggala), mereka telah mencapai tujuan atau telah memasuki jalan untuk mencapai tujuan. Ariya Sangha adalah pengikut sejati dari ajaran itu.
Sikap fisik dalam melaksanakan Puja :
  • Anjali
Yaitu merangkapkan kedua belah tangan di depan dada, membentuk kuncup bunga teratai, baik dalam posisi berdiri, berjalan, maupun duduk bersimpuh/bersila.
  • Namaskara
Yaitu bersujud tiga kali dengan lima titik (lutut, ujung jari-jari kaki, dahi, siku, telapak tangan) menyentuh lantai, dengan disertai sikap anjali dan membaca parita Namaskara-Gatha.
  • Padakhina (pradaksina)
Dengan tangan beranjali beranjali mengelilingi objek pemujaan dengan searah jarum jam (dari kiri ke kanan) sebanyak tiga kali. dan pikiran terpusat pada TRIRATNA
TEMPAT MELAKSANAKAN PUJA  


1. Vihara 
adalah Tempat pelaksanaan Puja yang merupakan kompleks bangunan yang mempunyai sana lengkap, yang meliputi :
  • Uposathagara (Gedung Uposatha) : Uposathagara memiliki kegunaan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara pentahbisan Bhikkhu/Bhikkhuni, Samanera/Samaneri ; tempat mempersembahkan Jubah Kathina ; tempat membacakan Patimokkha ; Tempat membahas pelanggaran yang dilakukan Bhikkhu/bhikkhuni
  • Dhammasala, adalah tempat untukmendengarkan dhamma dan juga tempat untuk melaksanan puja bakti
  • Kuti, adalah tempat untuk bhikkhu/bhikkhuni berdiam/ tinggal
  • Perpustakaan, adalah tempat untuk menyimpan satu set Tripitaka
2. Cetiya
adalah bangunan yang lebih kecil daripada Vihara, yang biasanya hanya terdapat Bhaktisala, untuk melaksanakan kebaktian. ada beberapa macam cetya.
  • Dhamma Cetya, adalah cetya yang memiliki satu set Tripitaka lengkap
  • Dhatu Cetya, adalah cetya yang memiliki Relik Buddha
  • Paribhoga Cetya, adalah cetya yang memiliki barang-barang peninggalan Buddha
  • Uddesika Cetya, adalah cetya yang hanya memiliki gambar Buddha ataupun Rupang Buddh
3. Altar
Altar merupakan tempat meletakkan simbol-simbol/lambang-lambang kesucian agama Buddha, seperti :
- Patung Buddha melambangkan penghormatan kepada Sang Buddha
- Lilin melambangkan penerangan dhamma Sang Buddha.
- Dupa/hio yang melambangkan keharuman Dhamma Sang Buddha.
- Bunga, melambangkan anicca atau ketidakkekalan.
- Air, yang dianggap memiliki sifat-sifat seperti : dapat membersihkan noda-noda, dapat memberikan tenaga kepada makhluk-makhluk, dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan, selalu mencari tempat yang rendah (tidak sombong)
-Buah, melambangkan buah dari kamma-kamma kita, selain itu sebagai lambang dari rasa terima kasih.
4. Stupa
Bentuk stupa melambangkan pemikiran terpusat.
Merupakan tempat untuk menyimpan relik Buddha atau para arahat. 

5. Pagoda
Memliki fungsi yang sama dengan Stupa, yaitu untuk menyimpan relik orang suci, dan merupakan budaya dari Cina, bangunannya selalu ganjil dan ujungnya runcing.