Senin, 28 Mei 2012

Culakammavibhanga Sutta

Demikianlah yang saya dengar: Pada suatu kesempatan, Yang Diberkati berdiam di Savatthi, di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian Subha sang murid, putra Todeyya, menghadap Yang Diberkati dan bertukar salam denganNya, dan ketika percakapan yang sopan dan ramah berakhir, ia duduk di satu sisi. Sesudah itu, Subha sang murid bertanya kepada Yang Diberkati:
“Guru Gotama, apakah alasannya, apakah kondisinya, mengapa sifat yang rendah dan unggul dipertemukan di antara insan, di antara umat manusia? Karena seseorang berjumpa dengan mereka yang pendek dan panjang usia, mereka yang sakit dan tampan, mereka yang diremehkan dan yang ber­pengaruh, mereka yang miskin dan kaya, mereka yang mem­punyai kelahiran yang hina dan yang agung, mereka yang bodoh dan bijaksana. Apakah alasan dan kondisinya, mengapa sifat yang rendah dan keunggulan dipertemukan di antara insan, di antara umat manusia?”
“Wahai Murid, manusia adalah pemilik karma, pewaris karma, mereka memiliki karma sebagai !eluhurnya, karma sebagai sanak saudaranya (tanggungjawabnya), karma sebagai tempat tinggal mereka. Karmalah yang membedakan sifat rendah dan unggul di antara umat manusia.”
“Saya tidak mengerti dengan jelas maksud penuturan Guru Gotama yang sebenarya tanpa adanya penguraian. Akan Lebih baik jika Guru Gotama mengajarkan saya Dharma Se­hingga saya bisa mengerti maksud penuturan Guru Gotama yang sebenamya.”
“Kalau begitu dengarkanlah, wahai Murid, dan per­hatikanlah dengan baik apa yang akan saya katakan.”
“Baiklah, Guru,” jawab Subha sang murid. Yang Diberkati menuturkan hal di bawah ini:
“Di sinilah, wahai Murid, beberapa dari para wanita dan pria adalah pembunuh makhluk hidup, kejam, dengan tangan berlumuran darah, menyerah pada keributan dan kekerasan, tidak berbelaskasihan terhadap semua makhluk hidup. Karena telah melakukan dan menyelesaikan karma seperti in saat badan rusak, sesudah kematian, Ia muncul di tingkat rendah, di tempat tujuan yang tidak bahagia, dalam hukuman yang tiada habisnya, dalam neraka. Apabila, pada saat badan menjadi rusak, sesudah kematian, selain dan kemunculannya di tempat tujuan yang tidak bahagia, dalam hukuman yang tiada habisnya, dalam neraka, ia menjadi manusia, ia akan pendek usia di mana pun Ia dilahirkan. ini adalah jalan menuju usia pendek, yakni, menjadi pembunuh makhluk hidup, kejam, tangan yang berlumuran darah, menyerah pada keributan dan kekerasan, tidak berbelaskasihan terhadap semua makhluk hidup.”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita atau pria, tidak melakukan pembunuhan terhadap makhluk hidup, berpantang melakukan pembunuhan makhlukhidup, menyingkirkan cambuk dan pisau, baik budi dan penuh belas kasihan dan selalu peduli terhadap kesejahteraan makhluk hidup. Karena telah melaku­kan dan menyelesaikan karma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, Ia muncul kembali di tempat tujuan yang bahagia dalam dunia yang amat menyenangkan. Apabila, pada saat badan menjadi rusak, sesudah kematian, selain dan kemunculannya di tempat tujuan yang bahagia, dalam dunia yang amat menyenangkan, ia menjadi manusia, ia dianugerahi usia panjang di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarahkan pada panjang usia, yakni, tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup, berpantang membunuh makhluk hidup, menyingkirkan cambuk dan pisau, baik budi dan selalu penuh belas kasihan, dan selalu peduli terhadap kesejahteraan makhluk hidup.”
“Di sini, wahai Murid, beberapa wanita atau pria adalah penganiaya makhluk hidup dengan tangannya, atau dengan batu, atau dengan tongkat, atau dengan pisau. Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul di tingkat rendah.. apabila... selain dan... Ia menjadi manusia, Ia sakit-sakitan di mana pun ia dilahirkan. Ini adalah jalan yang mengarah pada keadaan berpenyakitan, yakni, menjadi penganiayaan makhluk hidup dengan tangannya, atau dengan batu, atau dengan tongkat, atau dengan pisau.”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita atau pria yang bukan penganiaya makhluk hidup dengan menggunakan tangannya atau batu atau tongkat atau pisau. Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul kembali di tempat tujuan yang bahagia.... apabila... selain dari.. ia menjadi manusia, Ia sehat di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada kesehatan, yakni, tidak menjadi penganiaya makhluk hidup dengan tangannya atau dengan batu atau dengan tongkat atau dengan pisau.”
“Di sini, wahai Murid, beberapa wanita atau pria marah, lebih menyerah pada kemarahan; bahkan ketika sedikit yang dikatakan, ia sangat geram, marah, bersikap tidak ramab, benci, atau menunjukkan tabiat jelek, kebencian dan kebengisan. Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, Ia muncul di tingkat rendah.... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ia buruk rupa di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada keburukrupaan, yakni, menjadi sangat geram, marah, bersikap tidak ramah, benda dan menunjukkan tabiat jelek, kebencian dan kebengisan.”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita atau pria yang tidak pemarah, atau lebih menyerah pada kemarahan; bahkan ketika banyak yang dikatakan, ia tidak geram, marah, bersikap tidak ramah, benci, ataupun menunjukkan tabiat jelek, kebencian atau kebengisan. Karena telah melakukan karma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul kembali di tempat tujuan yang bahagia.... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ia rupawan di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada kenipawanan, yakni, tidak menjadi marah atau menyerah kepada kemarahan; bahkan ketika banyak yang dikatakan, tidak menjadi geram, marah, bersikap tidak ramah, atau benci, atau menunjukkan tabiat jelek, kebencian atau kebengisan.”
“Di sini, wahai Murid, beberapa wanita atau pria adalah pendengki; ia dengki, iri, dan menunjukkan kedengkian pada keberuntungan, kehormatan, pemujaan, rasa hormat, salam dan persembahan orang lain. Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul di tingkat rendah.... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ia diremehkan di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada peremehan, yakni, menjadi pendengki, mendengki, ini, dan menunjukkan kedengkian pada keberuntungan, kehormatan, pemujaan, rasa hormat, salam dan persembahan orang lain.”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita dan pria yang tidak pendengki, ia tidak dengki, iri, atau menunjukkan kedengkian terhadap keberuntungan, kehormatan, pemujaan, rasa hormat, salam dan persembahan orang lain. Karena telah melakukan dan menyelesaikan karma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul kembali pada tempat tujuan yang bahagia.... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ia ber­pengaruh di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada pengaruh, yakni, tidak menjadi pendengki, tidak mendengki, ini, atau menunjukkan kedengkian terhadap keberuntungan, kehormatan, pemujaan, rasa hormat, salam dan persembahan orang lain.”
“Di sini, wahai Murid, beberapa wanita atau pria bukanlah penderma makanan, minuman, pakaian, sandal, karangan bunga, wewangian, salep, tempat tidur, tempat berteduh dan penerangan kepada para bhikkhu atau orang suci. Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul di tingkat rendah... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ia miskin di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada ke­miskinan, yakni, tidak menjadi penderma makanan, minuman, pakaian, sandal, karangan bunga, wewangian, salep, tempat tidur, tempat berteduh dan penerangan kepada para bhikkbu dan orang suci.”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita dan pria yang menjadi penderma makanan, minuman, pakaian, sandal, wewangian, salep, tempat tidur, tempat berteduh dan pe­nerangan kepada para bhikkhu dan orang suci. Karena telah melakukan dan menyelesaikan karma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, Ia muncul kembali pada tempat tujuan yang bahagia.... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ía kaya di mana pun ia dilahirkan. mi adalah jalan yang mengarah pada kekayaan, yakni, menjadi penderma makanan, minuman, pakaian, sandal, karangan bunga, wewangian, salep, tempat tidur, tempat berteduh, dan penerangan kepada para bhiksu dan orang suci.”
“Di sini, wahai Murid, beberapa wanita atau pria keras kepala dan angkuh; ia tidak memberikan penghormatan kepada siapa ia seharusnya memberikan penghormatan, atau berdiri terhadap siapa ía seharusnya berdiri, atau memberi tempat kepada siapa ia seharusnya memberi tempat, atau memberi jalan kepada siapa ia seharusnya memberi jalan, atau me­nyembah ia yang seharusnya disembah, atau menghargai siapa yang seharusnya dihargai, atau memuja ia yang seharusnya dipuja, atau menghormati ía yang seharusnya dihormati. Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul di tingkat rendah... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, ía dilahir­kan hina di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada kelahiran yang hina, yakni, menjadi keras kepala dan angkuh, tidak membeni penghormatan kepada siapa ía seharusnya memberi penghormatan, tidak bangkit melawan....tidak memberi tempat kepada.. . .tidak memberi jalan untuk... .tidak menyembah. . .tidak menghormat.... tidak memuja.. . .tidak menghormati ia yang seharusnya dihormati.”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita dan pria yang tidak keras kepala dan angkuh; ia memberi penghormatan kepada siapa ía seharusnya memberi penghormatan, memberontak melawan terhadap siapa ia seharusnya melawan, memberi tempat kepada siapa ia seharusnya memberi tempat, memben jalan kepada siapa ia seharusnya memberi jalan, menyembah ía yang seharusnya disembah, menghormat kepada siapa ia se­harusnya menghormat, memuja ía yang seharusnya dipuja, menghormati ía yang seharusnya dihormati. Karena telah melakukan dan menyelesaikan karma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul kembali pada tingkat kehidupan.. .apabila.. .selain dari.. ia menjadi manusia, ia di­lahirkan agung di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah pada kelahiran yang agung, yakni, tidak menjadi keras kepala dan angkuh, memberikan penghormatan kepada siapa ia seharusnya memberikan penghormatan, bangkit... memberi tempat kepada... memberijalan untuk... menyembah... menghormat.... memuja.... menghormati ia yang seharusnya dihormati.”
“Di sini, wahai Murid, beberapa wanita atau pria ketika mengunjungi bhikshu atau orang suci, tidak menanyakan:
Apakah yang menguntungkan itu, Yang Mulia? Apakah yang tidak menguntungkan? Apakah yang salah? Apakah tidak salah? Apakah yang harus dilatih? Apakah yang tidak hams dilatih? Apakah itu, dengan melakukannya, saya akan lama men­dapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan? Atau apakah, dengan melakukannya, saya akan tama mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan? Karena telah melakukan dan menyelesaikan karma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, Ia muncul di tingkat rendah.... apabila... selain dan.... ia menjadi manusia, ia akan menjadi bodoh di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah kepada kebodohan, yakni, ketika mengunjungi rahib atau orang suci, tidak menanyakan: Apakah yang menguntungkan?_. Atau apakah, dengan melakukannya, saya akan lama mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan?”
“Tetapi di sini, ada beberapa wanita atau pria ketika mengunjungi bhikshu atau orang suci, menanyakan: Apakah yang menguntungkan, Yang Mulia? Apakah yang tidak meng­untungkan? Apakah yang salah itu? Apakah yang tidak salah? Apakah yang hams dilatih? Apakah yang tidak hams dilatih? Apakah itu, dengan melakukannya, saya akan lama men­dapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan? Atau apakah, dengan melakukannya, saya akan lama mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan? Karena telah melakukan dan menyelesaikan kamma seperti ini, pada saat badan rusak, sesudah kematian, ia muncul pada tempat tujuan yang bahagia.... apabila... selain dan... ia menjadi manusia, Ia menjadi bijaksana di mana pun ia dilahirkan. ini adalah jalan yang mengarah kepada kebijaksana­an, yakni, ketika mengunjungi bhikshu atau orang suci, me­nanyakan: Apakah yang menguntungkan7  Atau apakah, dengan melakukannya, saya akan lama mendapatkan ke­ sejahteraan dan kebahagiaan?”
“Jadi, wahai Murid, jalan yang mengarah kepada pendek usia membuat manusia berusia pendek, jalan yang mengarah pada panjang usia membuat manusia berusia panjang; jalan yang mengarah pada berpenyakitan membuat manusia sakit, jalan yang mengarah pada kesehatan membuat manusia sehat; jalan yang mengarah pada keburukrupaan membuat manusia buruk rupa, jalan yang mengarah pada kerupawanan rnembuat manusia rupawan; jalan yang mengarah pada peremehan membuat manusia diremehkan, jalan yang mengarah pada pengaruh membuat manusia berpengaruh; jalan yang meng­arah pada kemiskinan membuat manusia miskin, jalan yang mengarah pada kekayaan membuat manusia kaya; jalan yang mengarah pada kelahiran yang hina membuat manusia lahir hina,jalan yang mengarah pada kelahiran yang agung membuat manusia lahir agung; jalan yang mengarah pada kebodohan membuat manusia bodoh, jalan yang mengarah pada ke­bijaksanaan membuat manusia bijaksana.
“Manusia adalah pemilik kamma, wahai Murid, pewaris kamma, memiliki kamma sebagai leluhur mereka, memiliki kamma sebagai sanak saudara mereka, memiliki kamma se­bagai tempat tinggal mereka. Kammalah yang membedakan manusia dilihat dan sifat rendah dan unggul”
Ketika sudah dituturkan, Subha sang murid, putra Todeyya, berkata kepada Yang Diberkati: “Bagus sekali, Guru Gotama Bagus sekali, Guru Gotama Dhamma telah diperjelas dengan berbagai jalan oleh Guru Gotama, seperti menegakkan apa yang terbalik, menampakkan yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada yang tersesat, memegang lampu dalam kegelapan bagi mereka yang memiliki mata untuk melihat.
“Saya pergi ke Guru Gotama untuk perlindungan, dan kepada Dhamma dan Sangha. Mulai hari ini biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai pengikut yang telah meng­hadapNya untuk mencari perlindungan selama hidup.”
1